Mayoritas pedagang ikan hias di Jl KH Agus Salim, Semarang mengandalkan pasokan dari wilayah Jawa Timur, seperti Blitar dan Tulungagung. Maklum, wilayah tersebut memang salah satu penghasil ikan hias andalan di Indonesia.
Salah seorang pedagang, Sri Wahyu bilang, ia memasok ikan hias dari Tulungagung minimal sekali dalam sebulan. Sementara, perlengkapan akuarium dan pakan ikan didapat dari Jakarta. Asal tahu saja, di kiosnya yang terbilang luas, Sri menjual mulai dari ikan hias hingga berbagai perlengkapan memelihara ikan hias.
Sri mematok harga jual ikan hias bervarasi, mulai Rp 2.000 untuk ikan sapu-sapu, hingga Rp 12.000 untuk seekor ikan koki. Sementara, pakan ikan dibanderol Rp 4.500 hingga Rp 15.000 per bungkus. Perlengkapan akuarium, seperti hiasan koral, busa, mesin, dan aksesori lain dijual seharga Rp 10.000 hingga Rp 95.000.
Pedagang lainnya, Supriono mengaku, ikan hias yang ia jual, selain dipasok dari Blitar dan Tulungagung, ada pula hasil budidaya sendiri. "Yang saya budidayakan di rumah, khusus lele putih," ungkapnya.
Ia tertarik membudidayakan lele putih, lantaran ikan tersebut paling laris di kiosnya. Apalagi, proses budidayanya tidak sulit, biaya murah, dan tidak harus memakan lahan yang luas. Pria yang kerap disapa Supri ini mengklaim, lele putih salah satu yang sedang tren saat ini. Lele mini dibanderol Rp 2.500 per ekor.
Supri bilang, selain dijual sendiri di kiosnya, sebagian hasil budidaya juga dipasok kepada para langganan yang biasanya langsung mengambil ke rumahnya.
Nah, dengan budidaya sendiri, ia tidak harus bergantung kepada pemasok lele putih. Selain itu, keuntungan yang ia dapat bisa lebih besar.
Makanya, ia juga ingin membudidayakan sendiri varian ikan hias lainnya. "Tapi, sekarang belum sanggup, karena kalau berternak banyak jenis ikan, butuh penanganan khusus dan alokasi waktu untuk perawatan. Padahal, saya juga harus berjualan di sini," tuturnya.
Sementara Sri mengaku, ada keinginan untuk mengikuti jejak Supri, demi mengejar omzet dan keuntungan lebih besar. Namun, sejauh ini, ia belum memiliki lahan yang cukup untuk budidaya. Sementara ini, ia pun berupaya mendongkrak penghasilan dengan cara menjual berbagai perlengkapan akuarium dan pakan ikan.
Sri mengaku, ia masih bisa mengantongi keuntungan bersih sekitar 10% dari omzet bulanan. Adapun, berkat sebagian ikan hasil budidayanya, Supri bisa meraup laba bersih hingga 15% dari omzet tiap bulan.
Menurut Sri, pengunjung sentra ikan hias tak hanya berasal dari Semarang, tapi juga berbagai wilayah lain di sekitar Jawa Tengah. Mereka bukan hanya para penggemar ikan hias, tapi juga anak-anak. Tak heran, sentra ini lebih ramai pengunjung pada akhir pekan dan musim liburan sekolah.
(Bersambung)
sumber : kontan.co.id