Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa tumbuhan makro alga ini telah secara nyata mampu menggerakan kehidupan ekonomi masyarakat, betapa tidak sampai saat ini komoditas satu ini masih menjadi primadona di kalangan masyarakat pesisir dan menjadi alternatif usaha utama. Dampak aktivitas usaha budidaya rumput laut juga berpengaruh terhadap pergerakan ekonomi lokal di sentral-sentral produksi budidaya, baik secara ekonomi maupun sosial. Indikatornya dapat terlihat dari adanya perubahan yang siginifakan terhadap peningkatan pendapatan masyarakat, penyerapan lapangan kerja hingga status sosial.
Sebagai gambaran kita lihat misalnya, beberapa kisah sukses kelompok pembudidaya rumput laut di beberapa daerah yang saat ini telah menjadi sentra produksi rumput laut nasional antara lain :
Pokdakan Tunas Harapan Pionir Usaha Budidaya Rumput Laut di Pesisir Selatan Lombok Barat
Kelompok pembudidaya rumput laut kali ini merupakan salah satu pionir penggerak usaha budidaya rumput laut di pesisir selatan Lombok Barat tepatnya di Perairan Pengantap Kecamatan Sekotong Kabupaten Lombok Barat. Pokdakan Tunas Harapan yang digawangi seorang wanita istimewa ini mampu merubah kehidupan ekonomi masyarakat sekitar secara signifikan. Betapa tidak, kehidupan masyarakat pesisir saat itu masih jauh dari kesan sejahtera apalagi mapan secara ekonomi. Hampir seluruh masyarakat sepanjang pesisir pengantap memiliki rumah yang tidak layak huni, di sisi lain ketidakberdayaan secara ekonomi memaksa anak-anak mereka tidak mampu mendapatkan akses penndidikan yang memadai, nyaris secara umum mereka putus sekolah, bahkan banyak yang sama sekali tidak pernah mengenyam pendidikan.
Seperti yang dijelaskan Mulyatun, Ketua Pokdakan Tunas Harapan bahwa pada awalnya masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan belum sepenuhnya menerima alternatif usaha budidaya rumput laut ini, namun seiring denngan semakin menurunnya potensi hasil tangkapan dan upaya kerja kerasnya untuk memberikan bukti bahwa rumput laut merupakan usaha prospektif dan didorong oleh dukungan Pemerintah melalui alokasi dana penguatan modal , saat ini jumlah anggota yang ia gawangi telah mencapai lebih dari 30 orang. Bukan hanya itu keberadaan Pokdakan Tunas Harapan yang mempunyai kelembagaaaan yang kuat telah secara nyata mampu meningkatkan animo masyarakat sekitar untuk berbudidaya rumput laut. “ Saat ini masyarakat sepanjang pesisir pengantap semuanya terjun ke laut untuk berbudidaya rumput laut”, jelas Mulyatun berapi-api.
Dari aspek sosial ekonomi, usaha budidaya rumput laut telah secara nyata merubah kehidupan ekonomi dan status sosial masyarakat sekitar. Jika di rata-rata saat ini per kepala keluarga mampu meraup pendapatan bersih minimal 2,5 juta per bulan dengan kepemilikan lahan minimal 4 are. Angka ini berdampak terhadap kehidupan sosial, betapa tidak saat ini hampir seluruh anak-anak mereka telah mampu mengenyam pendidikan yang memadai, bahkan suami Mulyatun saat ini tengah mengenyam pendidikan tinggi di Universitas Mataram. “Sekarang tidak ada lagi anak-anak putus sekolah, dan bisa dilihat saat ini telah banyak berdiri rumah-rumah permanen, sangat kontras dengan beberapa tahun silam sebelum adanya rumput laut”, pungkas Mulyatun. Ditambahkan Mulyatun saat ini diperkirakan ada seluas lebih kurang 250 ha lahan budidaya rumput laut disepanjang pesisir selatan Lombok Barat dengan jumlah pembudidaya diperkirakan lebih dari 500 orang.
KUB Hidayatullah, Penggerak Ekonomi Lokal di Kepulauan Sapeken Kabupaten Sumenep
Sudah tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Kabupaten Sumenep khususnya kawasanKepulauan tepatnya di Kecamatan Sapeken merupakan sentral produksi rumput laut, dimana kawasan ini menjadi penyumbang terbesar produksi rumput laut Provinsi Jawa Timur, yaitu rata-rata tidak kurang dari 7.000 ton per bulan produksi rumput laut yang dihasilkan dari Sumenep Kepulauan. Kiprah kelembagaan yang bernama Kelompok Usaha Bersama (KUB) Hidayatullah tidak bisa dilepaskan dari peran besarnya dalam mendorong perkembangan rumput laut di Kepulauan Sapeken khususnya Desa Tanjung Keok ini.
Sebagaimana yang disampaikan Jumeruddin, Ketua KUB Hidayatulllah, bahwa aktivitas budidaya rumput laut telah membawa perubahan positif terhadap kondisi sosial ekonomi untuk lebih dari 700 KK di desa Tanjung Keok, belum lagi di pulau-pulau lain di sekitarnya. Saat ini jumlah anggota yang tergabung dalam KUB Hidayatullah mencapai lebih kurang 400 orang yang tersebar di Tanjung Keok dan Pulau lain disekitarnya. Ditambahkan Jameruddin, melalui kelembagaan yang ia gawangi secara langsung memberikan dampak terhadap peningkatan produksi rumput laut, bahkan memberikan kontribusi besar bagi produksi ruumput laut di Provinsi Jawa Timur. Saat ini rata-rata pengelolaan lahan per KK seluas 0,5 hektar dengan pendapatan rata-rata yang dihasilkan minimal 5 juta per bulan.
Sebagai langkah awal, menurut Jumeruddin KUB yang mereka dirikan telah memberikan dukungan dalam memberikan kemudahan akses yang dibutuhkan para pembudidaya, mulai dari akses informasi teknis budidaya, akses permodalan bahkan jaminan akses pasar. Bagi anggota yang merasa kekkurangan modal, mellauui KUB mereka bisa mengakses permodalan dengan sisitim kredit syariah, bahkan pada kondisi musim-musim tertentu dimana pembudidaya tidak melakukan panen, mereka mendapat dukungan untuk kebutuhan sehari-hari samppai musim tanam kembali dilakukan. Disamping itu, terhadap hasil produksi, melalui KUB seluruh hasil panen secara langsung dijamin pembeliannya.
Saat ini pihak KUB dengan Pemda Kabupaten Sumenep tengah mengusahakan adanya kemitraan usaha secara langsung dengan pihak Industri. Menurut Jameruddin, sudah ada perusahaan yang telah berniat untuk membangun kemitraan dengan kelompok, ini membawa harapan baru sebagai upaya memutus rantai distribusi yang terlalu panjang, sehingga dengan sendirinya akan meniingkatkan posisis tawar hasil dan nilai tambah produksi rumput laut yang dihasilkan masyarakat. Terlebih rumput laut yang diihasilkan di Kepulauuan ini mempunyai kualitas yang jauh lebih baik di banding daerah lain, bahkan bibit rumput laut asal Tanjung Keok telah banyak disupplai ke beberapa daerah misalnya Karimunjawa dan Sulawesi.
Sebagai gambaran nilai perputaran uang sebagai hasil dari bisnis rumput laut mencapai hingga milyaran rupiah per bulan, sebuah angka yang cukup besar dan berpotensi dalam menggerakan ekonomi lokal.
Rumput Laut sebagai Brand Image Nusa Penida, Bali
Kita sebagian besar masyarakat Indonesia, mungkin tidak asing lagi jika mendengar Kepulauan Nusa Penida, ya. Pasti semua akan mengarah pada hamparan gugusan pulau nan eksotis sebagai salah satu tujuan utama para pelancong baik domestik maupun mancanegara. Namun, pada kenyataannya ada potensi lain yang justru luput dari perhatian mereka, bahkan potensi tersebut telah menjadi bagian utama dalam menopang kehidupan masyarakat kepulauan Nusa Penida. Apa itu? Jawabannya adalah rumput laut, si emas hijau itu.
Sebagai gambaran pada awalnya secara umum masyarakat di Kecamatan Nusa Penida bermata pencaharian sebagai nelayan, petani tadah hujan dan buruh angkut pada kegiatan pariwisata. Namun faktanya, profesi sebagai nelayan tidak selamanya dapat diandalkan, seiring dengan terus menurunnya hasil tangkapan ikan, begitu juga menjadi petani tadah hujan, sehingga saat ini kedua profesi ini tidak mampu diharapkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat.
Kondisi ini lambat laun berubah seiring dengan pengenalan budidaya rumput laut mulai masuk ke Nusa Penida sejak tahun 1982. Kondisi ini tidak terlepas dari banyak dukungan dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mendoronng pengembanagan usaha budidaya rumput laut melalui pengenalan informasi teknologi, akses dukungan penguatan modal hingga akses pasar. Jenis rumput laut yang dikembangkan di Nusa Penida ini adalah jenis Eucheuma Spinosum dan Eucheuma Cottonii dengan metode yang dikembangkan adalah lepas dasar. Bibit rumput laut diperoleh dari Pulau Nusa Lembongan. Seiring dengan pergerakan rumput laut dari tahun ke tahun sampai saat ini telah adan sebanyak 97 kelompok pembudidaya rumput laut dengan jumlah pembudidaya lebih dari 2700 kepala keluarga. Saking cepatnya pengembangan kawasan budidaya rumput laut di sepanjang pesisir Nusa Penida , bahkan saat ini potensi lahan telah habis dimanfaatkan.
Rumput laut telah secara nyata membawa perubahan sosial ekonomi masyarakat Nusa Penida. Betapa tidak, melalui usaha rumput laut pendapatan masyarakat mulai meningkat sehingga secara langsung mampu merubah status sosial masyarakat, saat ini kepala keluarga mampu memenuhi kebutuhan keluarga, pendidikan untuk anak-anak dan membangun rumah dengan layak, bahkan ada pembudidaya yang berhasil menyekolahkan anak hingga ke bangku perguruan tinggi. Sebagai gambaran pendapatan rata-rata masyarakat berkisar antara Rp.2.000.000 – Rp.6.000.000, sebuah nilai yang telah memenuhi standar kebutuhan hidup layak.
Disisi lain, bahkan baru-baru ini aktivitas usaha budidaya rumput laut telah mulai dilirik oleh pihak perbankan. Masyarakat mendapatkan pinjaman modal dengan mudah di lembaga perbankan seperti BRI dan Bank Pembangunan Daerah Bali.
Sebagaimana yang diakui Nyoman Landep, ketua Pokdakan Padang Segara bahwa aktivitas usaha budidaya rumput laut telah mampu menggerakan ekonomi lokal di Nusa Penida. Kelompok yang ia gawangi mulai dirintis sejak tahun 2002 dan saat ini telah beranggotakan sebanyak 24 orang, dengan rata-rata kepemilikan lahan per anggota berkisar antara 3 - 8 Ha. Menurut Landep, kelembagaan penunjang menjadi sangat penting dalam menjamin kemudahan akses yang dibutuhkan masyarakat termasuk akses permodalan dan pasar, sehingga dalam perjalannya kelompok ini telah memiliki koperasi yang bernama Rembang Sedana. Dengan adanya koperasi ini, setiap anggota mendapat kemudahan untuk kegiatan simpan hasil jual produksi dan pinjam untuk keperluan pembudidaya.
Beberapa kisah sukses di atas, hanya sebagian potret kecil bahwa “si Emas Hijau” ini secara nyata telah mampu memberikan dampak bagi pergerakan ekonomi lokal, hal ini bisa diilihat dari semakin berkembangnya kawaasan-kawasan baru rumput laut di beberapa daerah seiring dari peran pembinaan dan pendampingan yang terus dilakukan secara intensif baik oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan pihak lain terkait. Dari sisi ekonomi makro, komoditas ini juga telah memberikan kontribusi besar terhadap penerimaan devisa negara. Ke depan, melalui kerjasama sinergi dengan semua stakeholders terkait, maka Indonesia diharapkan akan menjadi pemeran utama bisnis rumput laut dunia, bukan hanya sebagai pemasok raw material saja tapi secara nyata mampu menjadi kiblat industri rumput laut dunia, dengan begitu nilai tambah secara ekonomi akan lebih besar lagi.
sumber : dpjb.kkp.go.id
sumber : dpjb.kkp.go.id