Budidaya tanaman hias merupakan usaha yang tak ada matinya. Pasalnya, pangsa pasarnya cukup luas. Bahkan kecenderungan keluarga di Indonesia menghiasi rumahnya dengan tanaman hias. Bahkan, jika kocek tak mencukupi, kaleng bekas susu pun bisa jadi pot yang layak untuk tanaman hias.
Beberapa tanaman hias bahkan mempunyai harga tinggi lantaran sedang tren atau sedang langka di pasaran. Atau harganya sengaja digoreng supaya tinggi. Misalkan saja Anthurium. Atau, sebuah tanaman jadi mahal karena proses perawatannya yang sulit seperti anggrek. "Kebanyakan, orang membeli tanaman hias yang mahal-mahal hanya untuk mengangkat prestise dan gengsi semata," ujar John Patriono, pengelola Ijo Daun, sebuah paguyuban arsitek landskap.
Sayangnya, tipikal orang Indonesia senang membuang uangnya untuk membeli tanaman hias, tetapi tidak bisa merawatnya. Ada pula, yang beli untuk investasi, akan tetapi ketika tren bergeser tahun depan, harga si tanaman anjlok tidak karuan.
"Makanya saya sarankan, jangan lah membeli tanaman hias yang hanya enak untuk mata, tetapi belilah tanaman yang bermanfaat bagi semua orang," ujar John yang paguyubannya dipercaya merawat kebun istana ini.
Tanaman yang bermanfaat antara lain tanaman aroma terapi. lantaran tanaman ini selain enak dilihat, murah, juga harum baunya. "Ada juga yang bisa mengusir nyamuk, jadi sangat bermanfaat sekali," ujarnya.
Selain itu, tanaman seperti pandan, kemangi, pohon cabe, tanaman obat ataupun pohon buah seperti anggur dapat dijadikan sebagai alternatif tanaman nan murah meriah. "Kalau pandan dan cabe kan berguna untuk masakan, sedang pohon buah, berguna kalau sedang ada tamu datang," ujarnya.
John menyarankan, sebaiknya membeli tanaman dalam bentuk jadi daripada membeli bibit atau benihnya. Karena akan lebih mudah perawatannya. Sedangkan bagi keluarga yang tinggal di rumah susun, disarankannya merawat tanaman aroma terapi saja di teras-teras rumah susunnya karena keterbatasan lahan.
Untuk tanaman di dalam ruangan, John menyarankan tanaman sansiviera atau tanaman sejenis lidah mertua lantaran kulit daunnya yang tebal sehingga tidak menyedot banyak oksigen.
"Jangan sekali-sekali menaruh kaktus dalam ruangan, sebagus dan seunik apapun bentuknya," ujar John. Karena, kaktus, apalagi kaktus yang berbulu, sangat berbahaya bila terhirup. Efeknya sama kalau manusia terhirup bulu kucing. Bisa jadi, penyakit bengek malah mampir. "Makanya, ada kaktus yang dijual di dalam akuarium kecil, itu gunanya untuk mereduksi efek terhirupnya bulu kaktus," imbuh arsitek landskap jebolan Trisaksti tahun 1984 ini.
sumber : kontan.co.id