Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo memanen ikan patin hasil budidaya Pokdakan Nina Maju, di Kampung Sumberrejo, Kotagajah, Lampung Tengah. Sharif C Sutardjo, menilai budidaya ikan Patin berbasis blue Economy Berpotensi Cerah.
“Peluang usaha budidaya ikan patin di Kabupaten Lampung Tengah berpotensi cerah untuk terus dikembangkan secara meluas,” ujarnya.
Bisa dilihat dari banyaknya permintaan ikan patin, baik dari pasar domestik atau pun pangsa ekspor, ujarnya saat mengikuti panen patin di Kampung Sumberrejo, Kecamatan Kotagajah, Lampung Tengah.
Karena itu, Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah menyiapkan berbagai strategi dan kebijakan, untuk mendukung kegiatan usaha budidaya perikanan menjadi lebih efektif dan efisien.
Pengembangan budidaya patin diperlukan sebuah upaya untuk menekan biaya produksi, serta meningkatkan kualitas mutu daging yang memenuhi persyaratan pasar ekspor.
“Saat ini, kami mendorong lembaga-lembaga penelitian dan pengembangan untuk mengkaji teknologi terapan menekan biaya produksi. Terutama penggunaan pakan dan benih unggul,” tegas Syarif.
Mentri Kelautan dan perikanan, mengapresiasi, kelompok pembudidaya patin yang mampu membuat pakan ikan berbasis bahan baku lokal untuk menekan ongkos produksi. Serta efisiensi dengan melakukan budidaya secara terintegrasi dari hulu hingga hilir. Langkah tersebut sejalan dengan pengembangan budidaya berbasis blue economy yang sedang digalakkan KKP.
Yakni, usaha budidaya yang menerapkan empat prinsip utama. Yaitu, zero waste, social inclusiveness, multi product, serta inovasi dan adaptasi.
“Pengembangan berbasis blue economy ini memiliki nilai plus, baik secara ekonomi, ramah lingkungan, tanpa limbah, dan memanfaatkan sumber daya alam melalui inovasi teknolgi adaptif,” tambahnya.
Kegiatan usaha budidaya patin sendiri telah mengalami kemajuan pesat di wilayah Sumatera dan Kalimantan, namun demikian, potensi budidaya perikanan masih belum dimanfaatkan secara optimal. Itu dilihat dari beberapa sektor pengembangan di atas lahan tambak, kolam, perairan umum, sawah, dan laut, seperti tingkat pemanfaatan budidaya payau tambak, itu baru seluas 682.857 hektar atau 23,04 persen dari potensi sebesar 2,96 juta hektar.
Pemanfaatan budidaya laut yang terhitung masih sangat rendah. Yakni sekitar 117.649 hektar atau 0,94 persen dari potensi luasan yang mencapai 12,55 juta hektar. Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) memberi bantuan kepada Kabupaten Lampung Tengah untuk mengembangkan budidaya ikan air tawar di wilayah setempat. Total bantuan yang disalurkan mencapai Rp 1,092 miliar.
Bantuan ini merupakan langkah nyata kita (KKP) untuk meningkatkan produksi, pendapatan, dan lapangan kerja di Provinsi Lampung, selain Lamteng, bantuan juga diberikan ke Kabupaten Tanggamus senilai Rp 1,875 miliar. Bupati Lamteng A Pairin mengatakan, bantuan tersebut akan disalurkan untuk mengembangkan dan meningkatkan budidaya ikan di wilayahnya.
Menurutnya, Pairin pihaknya juga mengunggulkan program pengembangan budidaya ikan. Lamteng, sudah membentuk Forikan, dan juga mencanangkan program gemar makan ikan, dengan tujuan dapat meningkatkan harga jual ikan. Semoga kedatangan Pak Menteri ini bisa menjadi semangat pembudidaya ikan untuk terus. Berkembang di Lamteng, pungkas Pairin.
sumber : budidaya-ikan.com