Seorang yang jeli dalam melihat peluang yang ada, akan membentuk jiwa wirausaha yang sukses dan berhasil. Seperti yang oleh Johan Yuniarto, pemilik dari usaha pembuatan abon ikan dengan merk dagang ‘Rumah Abon’.
Sebelum merambah dunia usaha, Johan, begitu panggilan akrabnya, merupakan seorang pekerja kantoran. Namun melihat usianya yang sudah tidak muda lagi ditambah dengan kebutuhan keluarga yang terus meningkat dan tidak dapat tertutupi dari gajinya, maka dia pun berinisiatif untuk membuka usaha pembuatan abon ikan ini.
Memulai Usaha Abon Ikan Dengan Modal Rp 4 Juta
Dengan modal uang Rp 4 juta, pada April 2009 secara resmi dia mulai memproduksi abon ikan miliknya. Produk abon ini terbilang cukup unik karena selama ini abon umumnya terbuat dari olahan daging, namun Johan mencoba sesuatu yang berbeda dengan memanfaatkan ikan sebagai bahan utama pembuatan abonnya.
Niatnya untuk merintis usaha pembuatan abon ikan sendiri sudah ada sejak lama, karena di kota asalnya, Bandung, Jawa Barat, menurutnya sampai saat ini belum ada usaha kecil menengah (UKM) yang memproduksi abon semacam ini.
“Saya survei ke supermarket di Bandung jarang ditemukan abon ikan seperti ini. Kalau pun ada, paling hanya sedikit dan itu pun produksinya di luar Bandung, seperti dari Cirebon dan Subang, tetapi hanya sebatas abon nila saja, belum banyak variasi,” ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta.
Menurut dia, penyebab mengapa jarang ada UKM yang mengangkat produk abon semacam ini karena proses pembuatan yang rumit dan sulit. Proses pembuatan ini meliputi pemilihan ikan yang baik, pembersihan terutama dari kotorannya serta yang paling sulit dan memakan waktu lama yaitu memisahkan daging dengan tulang.
“Apalagi belut, kalau memasaknya tidak sempurna maka dagingnya akan keras, tapi kalau terlalu matang jadi lembek. Belut itu yang paling sulit,” jelasnya.
Alasan Pilih Usaha Abon
Alasannya untuk memilih membuka usaha pembuatan abon ikan ini karena menurutnya selama ini kebanyakan orang tua kesulitan untuk memberikan asupan makanan berupa ikan bagi anak-anaknya. Terutama yang di bawah umur 10 tahun karena bau ikan yang amis dan banyak tulang, sehingga tidak disukai oleh sebagian besar anak-anak.
Padahal ikan sendiri merupakan salah satu sumber protein terbaik yang diperlukan oleh anak-anak pada usia pertumbuhan. “Makanya saya coba, agar bisa jadi solusi bagi para orang tua untuk mengatasi asupan protein itu tadi,” lanjutnya.
Ada sepuluh macam abon yang dia produksi dan diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu abon ikan laut dan ikan air tawar. Untuk abon ikan laut seperti abon hiu, abon tuna, abon kakap, abon salem dan abon kerapu.
Sedangkan abon ikan air tawar antara lain abon nila, abon gurame, abon gabus, abon lele, dan abon belut. Semua jenis abon ini, masing-masing memiliki tiga rasa yaitu manis, gurih, dan pedas.
Untuk resep membuat abon, Johan mengaku hanya belajar secara otodidak dengan masa trial and error sekitar 3 bulan. Setelah itu, dia baru menemukan bagaimana teknik memasak, resep dan komposisi bahan baku yang pas.
“Jadi saya terus melakukan uji coba, abon yang sudah jadi saya bagikan ke teman dan saudara untuk meminta penilaian mereka, dimana letak kekurangannya,” ujar pria yang kini telah berusia 53 tahun tersebut.
Bahan Baku Abon Ikan
Untuk pasokan ikan air tawar, Johan biasa membeli dari daerah sekitar kota Bandung, sedang untuk ikan laut, dia datangkan dari wilayah Pangandaran, Cirebon, Indramayu, dan sekitar pesisir Pulau Jawa. Dalam sekali memasok, biasanya berkisar 50 kg dan tergantung ikan mana yang habis lebih cepat.
Dia mengatakan, saat ini yang paling sulit dicari untuk ikan air tawar yaitu belut karena mengikuti panen disawah, sedang untuk ikan laut, hiu karena bergantung pada cuaca dan kondsi laut. Jika tersedia pun, terkadang juga terkendala pada harga yang tinggi. Bahkan dirinya pernah hingga berhenti produksi karena stok ikan yang dibutuhkan tidak ada.
“Kalau yang lain, pasokannya selalu lancar. Kita memasok tergantung mana ikan yang habis saja, tidak semuanya sekaligus,” ujarnya.
Selain masalah ketersediaan bahan baku, pada awal hingga pertengahan tahun, biasanya usahanya tersebut juga mengalami penurunan permintaan. Hal itu disebabkan karena kebanyakan orang khususnya para orang tua sedang fokus mempersiapkan biaya sekolah anaknya pada masa tahun ajaran baru.
Namun permintaannya perlahan naik setelah pertengahan tahun hingga menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri. Pada kedua momen ini permintaan akan abon mencapai titik tertinggi.
“Kalau pas bulan puasa biasanya permintaan tinggi. Abon kan bisa dimakan ketika sahur, karena kan praktis dan tidak cepat basi, jadi bisa disimpan,” katanya.
Pemasaran Abon Ikan
Untuk pendistribusian, Rumah Abon milik Johan ini telah memasok ke beberapa wilayah seperti Jakarta, Bogor, Surabaya dan Lampung dalam bentuk re-saler, penjualan secara langsung atau ke dipasok ke toko oleh-oleh dibeberapa obyek wisata dengan sistem pembayaran secara langsung.
“Jadi mereka pesan barangnya, uangnya ditransfer, baru kita kirim barangnya. Kita juga memperbolehkan penukaran barang bila ada abon jenis apa yang sulit terjual, maka bisa ditukar dengan jenis lagi yang lebih cepat terjual. Karena abon ini sendiri kan bisa bertahan hingga 8 bulan,” jelasnya.
Dia juga mengaku pernah ditawarkan untuk mendistribusikan abonnya tersebut ke pasar modern seperti supermarket, namun untuk saat ini masih dia tolak karena sistem pembayaran yang dirasa tidak sesuai.
“Kita diminta untuk memasok barang dulu, kemudian baru dibayar 45 hari kemudian. Sedangkan kita kan butuh uangnya untuk membeli bahan baku lagi agar terus bisa produksi,” tuturnya.
Omzet Bisnis Abon Ikan
Dalam sebulan, usahanya ini mampu menghasilkan 1 kuintal abon atau sekitar 1.000 box kemasan. Untuk satu box abon ikan ini dibanderol seharga Rp25.000. Kini omset Rumah Abon sendiri telah mencapai Rp25juta per bulan dan Johan telah memiliki 2 orang karyawan, serta ditambah anggota keluarga yang juga turut membantu dalam proses pembuatan abon ini.
Untuk jenis abon yang paling banyak diminati sendiri yaitu abon hiu, abon tuna, abon gurame dan abon belut. Pemasaran yang dilakukan sampai saat ini hanya sekedar pembincangan dari mulut ke mulut konsumen serta melalui pameran.
Agar terus meningkatkan penjualan, ke depannya Johan telah mempersiapkan satu inovasi abon terbarnya yaitu produk abon kremes yang merupakan perpaduan antara abon dengan irisan kentang halus yang digoreng hingga kering.
sumber : bibitikan.net