Berburu kambing di Kampung Bustaman (1)

Kampung Bustaman di Kota Semarang sudah kesohor saebagai sentra  penjualan dan pengolahan kambing. Di kampung ini, tepatnya di sepanjang Jalan Mantraman, tersedia jasa mulai dari penjualan kambing, pemotongan, pengulitan, hingga makanan olahan kambing.
Hampir seluruh warga kampung ini menggantungkan hidupnya dari kambing. Untuk mencapai perkampungan ini butuh waktu sekitar 20 menit dari Bandara Ahmad Yani, Semarang. Saat memasuki perkampungan ini ada gapura kecil bertuliskan selamat datang di Kampung Bustaman. Jalannya cukup kecil dan dipenuhi oleh rumah warga.
Saat KONTAN menyambangi lokasi itu pada November lalu, nampak kesibukan beberapa warga yang tengah mengolah daging kambing. Beberapa wanita tampak sibuk memisahkan daging dari tulang kambing yang sudah dipotong.
Di sepanjang jalan kampung ini, juga berderet penyedia jasa makanan olahan kambing, seperti sate, gulai dan lain-lain. Wangi aroma sate pun tercium jelas. Muhammad Rizki Aulia, salah satu jagal kambing di kampung ini, mengatakan, aktivitas paling ramai dimulai pada pukul 04.00 Wib.
Saat itu, para jagal secara bersamaan memotong seluruh kambing mereka. Selanjutnya para tengkulak akan berdatangan ke kampung ini untuk mengantre mengambil daging dari para tukang jagal.
Menurut pria bertubuh jangkung ini, Kampung Bustaman sudah dikenal sebaga sentra kambing sejak zaman penjajahan Belanda. Tak heran, bila bisnis ini sudah berlangsung secara turun temurun. Rizki sendiri meneruskan usaha yang sebelumnya dipegang sang ayah. “Saya sendiri sudah generasi kelima,” katanya.
Sentra kambing di kampung ini sempat mengalami pasang surut. Sebelumnya, di sana terdapat sekitar 14 jagal kambing. Seiring dengan perkembangan zaman, ditambah harga kambing yang tidak menentu, jumlah jagal pun turun drastis menjadi empat jagal saja.
Lainnya banyak yang berpindah profesi menjadi tukang masak daging kambing, tukang menguliti, dan lainnya. “Soalnya ada yang tidak mau meneruskan bisnis keluarganya, mereka lebih memilih bekerja lainnya,” jelas Rizki. Dalam sehari, Rizki dapat memotong 30 ekor kambing. Hasil potongannya selalu habis diserbu tengkulak yang berjualan di pasar Johar.
Muhammad Yusuf, jagal dan pengusaha masakan kambing, mengaku hanya memotong sekitar enam ekor kambing per hari. Padahal dulunya, dia bisa memotong hingga 20 ekor per hari. “Saya sudah tidak punya tenaga besar sekarang,” katanya.
Pria yang akrab disapa pak Ucup ini dibantu satu orang karyawan. Hasil potongannya hanya digunakan untuk konsumennya sendiri, yang memesan masakan olahan kambing untuk acara akikah dan perayaan lainnya.   
(Bersambung)
sumber : kontan.co.id
Share:

Pengunjung

ANIMAL FEED MATERIAL

KAMI BERGERAK DI BIDANG PENYEDIAAN BAHAN PAKAN TERNAK. BAGI ANDA YANG MAU ORDER KAMI SIAP SUPLAY

Transportasi