Jika sudah pernah membudidayakan jamur pangan, tentu tak sulit mengembangkan jamur shiitake. Budidaya shiitake pada dasarnya serupa dengan jamur pada umumnya.
Pebudidaya wajib menyediakan bibit jamur dan media tanam jamur berupa campuran dedak, serbuk gergaji, kapur, air, dan beberapa bahan tambahan lain. Setelah media tanam difermentasi, bibit disemprotkan ke dalamnya. Selanjutnya, tahap inkubasi supaya bibit segera ditumbuhi miselium. Jika miselium mulai tumbuh memenuhi permukaan baglog, jamur siap dibudidayakan di ruang kumbung jamur.
Namun, Taufik Urohman, pebudidaya asal Pabuwaran, Purwokerto menganjurkan, pebudidaya pemula sebaiknya membeli baglog yang sudah berisi bibit jamur shiitake. "Kalau membeli baglog berisi bibit berusia dua bulan, tinggal tunggu panen dengan waktu dua hingga tiga bulan," jelasnya. Risiko pun lebih minim. Jika berhasil, satu baglog bisa menghasilkan 250 kg jamur.
Supaya panen sukses, pembudidaya harus memperhatikan faktor suhu dan kelembaban. Pastikan kelembaban ruang penyimpanan baglog terjaga di kisaran 90%- 100%, mengacu pada alat ukur kelembaban ruangan. Supaya terjaga, bisa dengan lebih sering menyemprotkan air pada ruangan. Jika musim kemarau, intensitas penyemprotan harus ditingkatkan, supaya jamur tidak kekeringan.
Selain kelembaban, suhu pun harus dijaga. Pebudidaya shiitake di Bandung, Rial Aditya bilang, lokasi penanaman harus di dataran tinggi. "Ketinggian setidaknya 700 meter di atas permukaan laut, tapi idealnya di atas 1.000 meter," ujar pemilik Ganesha Mycosoft ini.
Suhu di dalam rumah jamur harus dijaga supaya tetap dingin, yaitu sekitar 20 - 22 derajat celsius. Rangsangan berupa suhu yang dingin dan air yang berlimpah akan mempercepat pertumbuhan tubuh jamur shiitake. Rial bilang, suhu rendah bisa diakali dengan menggunakan pendingin ruangan alias air conditioner (AC), namun biaya produksi jadi lebih mahal.
Menurut Rial, siklus panen shiitake lebih lama dibanding jamur pangan lainnya. Shiitake butuh waktu sekitar 6 bulan untuk masa pembudidayaan dari baglog hingga panen. Sedangkan, jamur lain seperti tiram hanya butuh waktu tiga bulan.
Untungnya, shiitake termasuk cukup tahan penyakit. Makanya, Rial tidak menemukan kendala berarti dalam usahanya. "Paling hanya siklusnya yang lama. Tapi, ini bikin saya tidak bisa memenuhi banyaknya permintaan pasar," klaimnya.
Kata Taufik, meski shiitake cukup tahan penyakit, namun sanitasi ruangan tempat budidaya harus dijaga. "Lingkungan kumbung harus bersih supaya shiitake bisa tumbuh baik," imbuhnya.
Pebudidaya wajib menyediakan bibit jamur dan media tanam jamur berupa campuran dedak, serbuk gergaji, kapur, air, dan beberapa bahan tambahan lain. Setelah media tanam difermentasi, bibit disemprotkan ke dalamnya. Selanjutnya, tahap inkubasi supaya bibit segera ditumbuhi miselium. Jika miselium mulai tumbuh memenuhi permukaan baglog, jamur siap dibudidayakan di ruang kumbung jamur.
Namun, Taufik Urohman, pebudidaya asal Pabuwaran, Purwokerto menganjurkan, pebudidaya pemula sebaiknya membeli baglog yang sudah berisi bibit jamur shiitake. "Kalau membeli baglog berisi bibit berusia dua bulan, tinggal tunggu panen dengan waktu dua hingga tiga bulan," jelasnya. Risiko pun lebih minim. Jika berhasil, satu baglog bisa menghasilkan 250 kg jamur.
Supaya panen sukses, pembudidaya harus memperhatikan faktor suhu dan kelembaban. Pastikan kelembaban ruang penyimpanan baglog terjaga di kisaran 90%- 100%, mengacu pada alat ukur kelembaban ruangan. Supaya terjaga, bisa dengan lebih sering menyemprotkan air pada ruangan. Jika musim kemarau, intensitas penyemprotan harus ditingkatkan, supaya jamur tidak kekeringan.
Selain kelembaban, suhu pun harus dijaga. Pebudidaya shiitake di Bandung, Rial Aditya bilang, lokasi penanaman harus di dataran tinggi. "Ketinggian setidaknya 700 meter di atas permukaan laut, tapi idealnya di atas 1.000 meter," ujar pemilik Ganesha Mycosoft ini.
Suhu di dalam rumah jamur harus dijaga supaya tetap dingin, yaitu sekitar 20 - 22 derajat celsius. Rangsangan berupa suhu yang dingin dan air yang berlimpah akan mempercepat pertumbuhan tubuh jamur shiitake. Rial bilang, suhu rendah bisa diakali dengan menggunakan pendingin ruangan alias air conditioner (AC), namun biaya produksi jadi lebih mahal.
Menurut Rial, siklus panen shiitake lebih lama dibanding jamur pangan lainnya. Shiitake butuh waktu sekitar 6 bulan untuk masa pembudidayaan dari baglog hingga panen. Sedangkan, jamur lain seperti tiram hanya butuh waktu tiga bulan.
Untungnya, shiitake termasuk cukup tahan penyakit. Makanya, Rial tidak menemukan kendala berarti dalam usahanya. "Paling hanya siklusnya yang lama. Tapi, ini bikin saya tidak bisa memenuhi banyaknya permintaan pasar," klaimnya.
Kata Taufik, meski shiitake cukup tahan penyakit, namun sanitasi ruangan tempat budidaya harus dijaga. "Lingkungan kumbung harus bersih supaya shiitake bisa tumbuh baik," imbuhnya.
(Selesai)
sumber : kontan.co.id