Kisahnya berwirausaha berjejak di tahun 2007. Kala itu, ia terbersit ingin menjadi wanita mandiri. Ia tidak ingin hanya mengandalkan penghasilan sang suami. Keinginan berwirausaha membuatnya berpikir untuk mengelola potensi yang ada di sekitarnya.
Ia pun memutuskan membuat olahan makanan menggunakan bahan ikan laut. Olahan makanan yang akan dihasilkan di antaranya sosis, nugget dan kornet dengan bahan baku ikan laut.
Bermodalkan uang Rp 2 juta, ia mulai membeli bahan serta alat usaha seperti freezer dan blender. ”Maklum usaha rumah tangga, jadi modal awal kami tidak banyak,” ujarnya memberikan penjelasan.
Walaupun modal uang tidak banyak, justru bukan halangan. Apalagi ternyata sang suami merespon dengan memberikan dukungan penuh. Karena tidak memiliki banyak dana, hampir seluruh proses bisnis dikerjakan sendiri pada awalnya.
”Pada awal usaha, seluruh proses pembuatan mulai dari penggilingan sampai pengepakan, saya dan suami lakukan sendiri,” kenangnya. Pemasarannya pun dijalani sendiri. Caranya, ia menawarkan ke teman dekat atau kantor-kantor. Apakah langsung laku? Tentu saja tidak.
”Barang yang kami tawarkan tak serta merta diterima pasar karena harganya agak tinggi dibandingkan produk lain. Namun barang kami memiliki banyak keunggulan seperti tanpa pengawet, pewarna dan MSG,” paparnya.
Sulit menembus pasar tak membuat Ririn patah arang, apalagi ia meyakini kualitas produknya. Ririn pun terus berusaha mendekati dan mengedukasi konsumen bahwa kualitas makanan olahannya lebih baik karena tanpa bahan pengawet. Usahanya tak sia-sia.
Perlahan tapi pasti, produknya bisa diterima pasar dan kini Ririn sukses mereguk keuntungan. Impiannya menjadi wanita mandiri pun tercapai. Pencapaian impian itu didukung pula dengan bergabungnya Ririn menjadi mitra binaan SG sejak tahun 2011.
Selama menjadi mitra binaan, Ririn merasakan banyak manfaat. Selain mendapat pelatihan, dirinya pun berkesempatan turut pameran. ”Alhamdulillah, dari seringnya ikut pameran, hasil produk saya semakin dikenal di pasar,” akunya. Ririn kini tak lagi menjalankan proses produksi sendiri.
28 karyawan siap membantunya membesarkan usaha. Setiap hari, ia menghabiskan 2 – 2,5 kwintal ikan laut. Padahal di awal usaha, ia hanya menghabiskan 5 kg ikan laut. Pasarnya pun sudah menembus dari Jawa Timur.
Dibantu 50 agen, hasil produksi Ririn telah dipasarkan di berbagai daerah seperti Bali, Medan, Palembang, Samarinda. Kesuksesan yang diperolehnya saat ini tidak lepas dari keputusannya untuk bermitra dengan SG, kerja keras dan sistem manajemen yang ia atur sebaik mungkin. Ririn membagi tanggung jawab manajemen bersama sang suami.
”Masalah produksi tanggung jawab saya, sedangkan untuk administrasi dan pemasaran, tanggung jawab suami,” tuturnya. Berkat kerjasama tersebut, usaha Ririn mampu membukukan penghasilan Rp 100 juta per bulan.
Ditanya tentang gelar juara yang diperolehnya, Ririn mengatakan membuatnya semakin termotivasi untuk menghasilkan produk yang terbaik. Ke depan, dengan arus persaingan yang semakin ketat, ia akan terus berinovasi untuk menghasilkan produk-produk baru.
”Saat ini 16 jenis makanan telah kami hasilkan. Ke depan, melihat pasar yang terbuka lebar, kami akan menambah jenis produk menjadi 2 kali lipat,” ujarnya optimis. Mengakhiri wawancara, Ririn berpesan bahwa berwirausaha tak harus dengan modal besar. “Asal ada tekad, kemauan dan usaha pantang menyerah, InsyaAllah pasti berhasil,” tegasnya.
sumber : budidaya-ikan.com