Produksi ikan mas di Kabupaten Bandung Barat pada tahun ini diklaim mengalami peningkatan menjadi 30.000 ton dari tahun sebelumnya 27.700 ton.
Kabid Perikanan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Barat Chandra Suarma mengatakan kelompok jaring apung di Waduk Cirata dan Saguling menjadi produsen unggulan dalam hal pengembangbiakan ikan jenis tersebut.
“Memang Cirata masih menjadi yang terbesar. Karena jumlah produksi setiap harinya mencapai 10.000 ton, sedangkan Waduk Saguling masih dibawah itu,” katanya.
Selain ikan mas, Bandung Barat pun mengandalkan produksi ikan jenis lainnya a.l ikan nila, patin dan lele. Untuk ikan nila produksi pertahunnya mencapai 10.000 ton, patin 6.000 ton, dan lele 3.000 ton.
Menurutnya, selama musim hujan ini membuat petani ikan di Waduk Cirata merugi ratusan juta rupiah akibat ikan mas yang mereka budidayakan terserang virus KHV (koi herpes virus) yang biasa menyerang disaat terjadinya pergeseran musim.
Untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi, para petani terpaksa harus memanen lebih dini dan mengurangi jumlah benih di jaring apung.
“Sebanyak 55 ton ikan mas positif telah diserang virus KHV. Virus ini memang hanya menyerang ikan mas dan koi. Sedangkan untuk ikan patin dan gurame sama sekali masih aman,” ujarnya.
Dia menjelaskan sejak awal 2002 kedua jenis ikan tersebut terserang penyakit KHV dan menyebar ke seluruh sentra budidaya ikan mas dan ikan koi dengan kerugian ekonomi yang sangat besar.
Akibatnya aktivitas perdagangan ikan hidup dari satu daerah ke daerah lain terganggu. Fakta ini selalu terjadi setiap tahun apabila memasuki perpindahan musim dari musim kemarau ke musim hujan.
Di samping itu, petani pun menghadapi kenyataan sulit karena tingginya harga pakan yang telah menembus Rp6.000/kg, sementara harga jual masih bertahan di kisaran Rp14.000-Rp16.000/kg.
“Karena ikan mas ini sangat tergantung pakan. Berbeda dengan ikan nila atau pati yang sedikit saja dalam pemberian pakannya,” paparnya.
sumber : budidaya-ikan.com
