Pengembangan produk olahan perikanan merupakan salah satu solusi untuk menjawab kebutuhan pasar, kata Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P Hutagalung.
“Pasar membutuhkan produk olahan perikanan yang siap saji, mudah, dan praktis tetapi tetap menyehatkan,” katanya pada Lomba Inovasi Pengembangan Produk Perikanan, di Beteng Vredeburg, Yogyakarta.
Menurut dia hal itu didukung oleh adanya beberapa pergeseran yang terjadi di masyarakat, di antaranya perubahan gaya hidup, pola konsumsi, banyaknya wanita atau ibu rumah tangga yang bekerja.
Selain itu, kebutuhan terhadap produk olahan perikanan yang memiliki daya simpan lebih lama, diversifikasi produk akan membuat nilai jual lebih, dan dapat memenuhi selera konsumen.
“Pemanfaatan hasil perikanan melalui pengembangan produk atau diversifikasi produk itu diharapkan dapat menyerap banyak tenaga kerja, mengurangi pengangguran, dan menjadi peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Oleh karena itu perlu upaya untuk menggugah, memotivasi, dan menumbuhkan kreativitas dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia untuk meningkatkan inovasi produk perikanan melalui penyelenggaraan lomba inovasi pengembangan produk perikanan.
“Hal itu penting karena saat ini masih sedikit produk olahan perikanan siap saji yang sehat. Padahal ke depan kebutuhan produk olahan perikanan siap saji sangat dibutuhkan,” katanya.
Berkaitan dengan hal itu perlu diciptakan makanan siap saji yang terbuat dari ikan. Lomba inovasi pengembangan produk perikanan itu merupakan salah satu upaya untuk menciptakan produk tersebut.
“Jika dari lomba tersebut ada produk olahan perikanan siap saji yang bisa diproduksi secara massal, maka akan kami dukung pengembangannya,” kata Saut.
Menurut dia lomba ini dibagi dalam dua kategori, yakni kategori pertama meliputi umum, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), PKK, masyarakat, dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Kategori kedua meliputi mahasiswa, lembaga pendidikan, dan lembaga penelitian.
“Ada 20 finalis yang tampil di Beteng Vredeburg. Untuk kategori umum berasal dari Situbondo dan Lamongan (Jatim), Balikpapan Utara dan Tarakan (Kaltim), Kabupaten Sukabumi dan Bogor (Jabar), Sleman (DIY), Bengkulu, dan Pekalongan (Jateng),” katanya.
Kategori mahasiswa berasal dari Akademi Perikanan Sorong, Pendidikan Teknik Boga Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang, Fakultas MIPA UNY.
Selanjutnya, Teknik Industri Universitas Al Azhar Indonesia Jakarta, Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Bengkulu, Akademi Perikanan Sidoarjo, dan Fakultas Teknologi Pertanian UGM.
Ia mengatakan penilaian meliputi produk merupakan formula baru, bahan baku minimal ikan 10 persen, produk akhir bukan produk antara, dan teknologinya mudah diaplikasikan.
“Selain itu produk memiliki nilai jual di pasaran dan bahan baku produk lebih mengutamakan bahan baku lokal,” katanya.
sumber : budidaya-ikan.com