Menjelang Iduladha, permintaan terhadap ikan mas di perairan Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta menurun sekitar 40 persen.
Hal ini diduga terjadi akibat kebutuhan belanja masyarakat beralih terhadap daging kurban sehingga daya beli terhadap ikan menurun.
“Ini selalu terjadi setiap tahun dan sudah biasa kami hadapi,” kata Suherman, pembudi daya ikan tawar di Zona V Waduk Jatiluhur.
Suherman mengungkapkan, penurunan permintaan terhadap ikan emas di Waduk Jatiluhur terjadi sejak tiga pekan lalu. Dari sekitar 90 ton produksi ikan emasnya per hari, penjualan hanya mencapai setengahnya.
Penurunan permintaan terhadap ikan, menurut Suherman, tidak terlepas dari meningkatnya kebutuhan belanja terhadap daging kurban.
Selain pada momen Iduladha, penurunan permintaan juga terjadi ketika memasuki tahun ajaran baru, Lebaran, dan peralihan musim kemarau ke musim hujan.
Saat ini, penurunan permintaan terhadap ikan diperparah akibat kekeringan yang melanda berbagai daerah yang menjadi pangsa pasar. Hal itu disebabkan banyak petani yang gagal panen sehingga daya beli terhadap ikan pun menurun.
“Hal itu membuat para pembudi daya ikan harus menaikkan ongkos produksi ikan terutama untuk pakan. Sebab, ikan yang belum terjual harus tetap dipelihara,” kata Suherman.
Untuk satu kolam, lanjut Suherman, dibutuhkan sedikitnya 1,5 ton pakan dengan harga Rp 6.430 per kg untuk memproduksi sekitar 1 ton ikan. Sementara harga penjualan ikan berkisar Rp 14.000 per kg.
Ketua Himpunan Petani (Hipni) Keramba Jaring Apung (KJA) Jatiluhur, Darwis mengungkapkan, meski permintaan terhadap ikan menurun.
Menurut dia, pembudidayaan ikan di Jatiluhur tetap dilakukan. Sebab, menyusutnya permukaan air di perairan ini justru meningkatkan kualitas ikan yang dibudidayakan.
“Saat air menyusut, kualitas air cenderung netral dan mendukung pembudidayaan ikan dengan baik. Berbeda halnya jika permukaan air meningkat, kualitas air memburuk karena rawan terkontaminasi,” katanya.
Saat ini, lanjut Darwis, terdapat sekitar 17.000 KJA di perairan Waduk Jatiluhur dengan produksi sekitar 30 ton per hari. Sekitar 80 persen di antaranya merupakan ikan mas, sementara sisanya ikan patin, nila, dan jambal.
Pangsa pasar berada di berbagai daerah di antaranya Lampung, Palembang, Jakarta, dan beberapa daerah di Jawa Barat, yakni Purwakarta, Subang, dan Karawang.
Menanggapi menurunnya tingkat permintaan terhadap ikan, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, Heri Herawan mengatakan, kondisi tersebut terjadi akibat menurunnya daya beli masyarakat. Dia mengimbau agar para pembudi daya ikan lebih melebarkan pemasarannya agar penjualan ikan stabil.
“Jika penjualan ikan mas lesu, bisa memanfaatkan ikan jenis lain seperti patin dan nila. Disnakan sendiri sudah mendirikan pabrik ikan patin dengan kapasitas 2 ton per hari, tetapi saat ini suplainya baru 3 kuintal per hari,” katanya.
sumber : budidaya-ikan.com