Cuaca ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini, berpengaruh terhadap produktivitas pembenihan ikan di kolam-kolam milik para peternak ikan di Kabupaten Bandung.
Seperti yang terjadi di sentra pembibitan ikan mas, nila, dan lele di Kecamatan Ciparay yang saat ini rata-rata terjangkit virus, bakteri, dan parasit.
“Cuaca ekstrem memengaruhi peningkatan jumlah virus, bakteri, dan parasit, apalagi jika terjadi fluktuasi suhu seperti pada siang hari sekitar 30 derajat dan pada malamnya antara 24-25 derajat, bakteri, virus dan parasit ini akan sangat mudah berkembang biak dalam suhu seperti saat ini,” kata Teknisi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pembenihan Ikan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bandung Arief Maulana.
Menurut Arief, virus, bakteri, dan parasit yang rata-rata menyerang ikan mas, nila, dan lele tersebut berjenis, yesinia pseudotubercolosis (bakteri), trichodina (parasit sejenis kutu) dan beberapa jenis virus.
“Sebenarnya, kalau bakteri, parasit, dan virus itu pasti ada dalam semua kondisi cuaca, tapi kalau suhunya stabil antara 28-30 derajat, pertumbuhannya relatif tidak banyak, kan mereka ini lebih suka pada suhu yang rendah, terutama pada malam harinya,” jelas Arief.
Selain dipengaruhi oleh cuaca ekstrem, kata dia, hal ini juga terjadi karena beberapa faktor lainnya, seperti kualitas air dan kebersihan kolam. Diperkirakan, saat ini kualitas air sungai dan sterilisasi kolam milik peternak yang kurang baik. Akibatnya, penularannya menjadi lebih cepat. Sehingga, jika terus dibiarkan akan berakibat pada kematian.
“Yah nanti kelihatannya pada saat panen jumlah ikannya sedikit. Memang ada pencegahannya, yakni dengan pemberian imuno stimulan, seperti vitamin C dan lain sebagainya, tapi memang biaya produksi peternak akan meningkat,” ujarnya.
Rata-rata kondisi kolam milik para peternak saat ini, lanjut dia, kurang terjaga dalam hal pengeringan dan pengapuran. Ditambah dengan kondisi air yang sungai yang kurang baik, atau penggunaan kembali air dari kolam yang sudah terkena virus, bakteri dan parasit ini, sehingga menyebar kembali di kolam yang baru.
“Seharusnya, air dari sungai atau dari kolam lain ini, melalui reservoir atau kolam sterilisasi air (tandon), sehingga ketika air yang dimasukan ke dalam kolam itu sudah dalam keadaan steril atau jumlah virus, parasit dan bakterinya sedikit. Lalu, ikan ternak milik kita ini juga diberikan imuno stimulan itu tadi. Nah sedangkan untuk menyiasati cuaca ekstrem, kami biasanya menurunkan permukaan air, jadi kolam tidak terlalu dalam. Dengan air yang rendah, suhu dalam air juga tidak terlalu rendah atau dingin,” pungkasnya.
sumber : budidaya-ikan.com