Peluang budidaya ikan sidat sangat menjanjikan. Selain harga tinggi, permintaan ekspor terus meningkat. Di sisi lain, jumlah pebudidaya masih sedikit. Jadi ada ketimpangan antara kebutuhan dengan produksi. Di Bogor, ada perusahaan budidaya sidat beromzet miliaran rupiah per bulan.
Bisnis budidaya ikan sidat memang tidak pernah ada matinya. Tingginya permintaan ekspor sidat membuat budidaya ikan yang mempunyai bentuk memanjang seperti ular ini sangat menjanjikan.
PT Sidat Indonesia adalah salah satu perusahaan yang sukses memanfaatkan peluang ekspor sidat. Dengan luas kolam pembesaran 500 meter persegi (m²), perusahaan yang berlokasi di desa Purwabakti, Bogor ini telah memasarkan sidat ke sejumlah negara, antara lain ke Jepang, Korea, Hong Kong, Taiwan, China, Vietnam, Singapura, dan Malaysia.
Tidak hanya membudidayakan ikan sidat sendiri, PT Sidat Indonesia juga menghimpun para pebudidaya ikan sidat sekaligus mengadakan pelatihan bagi mereka.
Perusahaan yang dibangun kolektif oleh beberapa investor ini bermula dari beberapa kelompok pebudidaya kecil di 2009. Melihat tingginya permintaan ekspor, mereka berinisiatif mendirikan perusahaan pada 2013. “Pasar ekspor terus meningkat dari tahun 2013 hingga akhir tahun kemarin, bahkan kebutuhan pasar Jepang lebih dari 2.000 ton per bulan,” ujar Herry, pemilik PT Sidat Indonesia kepada KONTAN.
Menurut Herry, sampai saat ini jumlah pebudidaya ikan sidat masih sangat terbatas. Jadi ada ketimpangan antara tingginya kebutuhan masyarakat dengan produksi ikan sidat itu sendiri. "Jadi peluangnya masih sangat besar," ujarnya.
PT Sidat Indonesia mengembangkan dua jenis ikan sidat, yaitu ikan sidat Marmorata (Anguilla marmorata) dan Bicolor (Anguilla bicolor). Masing-masing dijual dalam bentuk hidup dan olahan, seperti filet, kabayaki dan shirayaki.
Harga kedua jenis ikan sidat ini bervariasi. Untuk jenis Bicolor dihargai Rp 250.000 dalam kondisi hidup, Rp 350.000 dalam filet, Rp 450.000 shirayaki, dan Rp 550.000 kabayaki. Sementara jenis Marmorata dihargai Rp 200.000 hidup, Rp 280.000 filet, Rp 360.000 shirayaki, Rp 440.000 kabayaki. "Jika sedang tinggi, harga sekilo sidat Marmorata di Jakarta bisa Rp 900.000," ujarnya.
PT Sidat Indonesia bisa menjual 10 ton ikan sidat setiap bulan dengan omzet minimal Rp 2 miliar. Pelaku usaha lainnya ada Tommy Rahmat asal Solo, Jawa Tengah yang sudah menjadi pebudidaya ikan sidat sejak tahun 2000. Tommy tertarik membudidayakan ikan sidat lantaran dulu di Solo banyak permintaan serta pemainnya yang belum banyak.
Tommy memiliki lahan lebih dari 1.000 m² di Kecamatan Laweyan. Budidaya ikan sidat merupakan bisnis yang menjanjikan lantaran memiliki harga tinggi dan kebutuhannya terus meningkat. "Banyak permintaan dari Jepang, Taiwan, dan Eropa," ujarnya.
(Bersambung)
sumber : kontan.co.id