Semakin tingginya biaya pakan membuat para pembudidayaikan mencari strategi untuk meminimalkan biaya tanpa haru mengganggu pencapaian produksi. Sebagaimana diketahui, pakan dalam budidaya ikan menyumbang sekitar 60 – 70 % dari total biaya produksi.
Salah satu cara untuk meminimalkan biaya tinggi dengan membuat pakan ikan sendiri. Seperti langkah yang diterpkan Henry Ruslim Pembudidaya ikan di daerah Bogor Jawa Barat ini sudah sekitar 4 tahun lalu membuat pakan sendiri. Melalui teknologi sederhana, ia meracik pakan untuk komoditas ikan yang dibudidayakannya yaitu bawal, nila, patin, dan lele. Pakan yang dibuat pada awalnyadiproduksi hanya hanya 50 – 100 kg per hari dan kini sudah sekitar 1 – 1,5 ton per hari.
Pemakaian pakan ikan jenis pakan tenggelam ini digunakan untuk kolam sendiri di Bogor dan Situbondo Jawa Timur serta KJA (Keramba Jaring Apung) di daerah Jatiluhur Jawa Barat. Juga telah digunakan oleh pembudidaya lain di sekitarnya.
Disampaikan Henry, kalau berhitung secara ekonomi, biaya produksi yang harus dikeluarkan dengan menggunakan pakan pabrikan kurang menarik dari segi profit. “Biaya produksi habis hanya untuk pakan dan ujung–ujungnya profit menjadi tipis. Bagaimana mau genjot produksi kalau biaya produksi sendiri tinggi,” ungkapnya kepada Trobos Aqua.
Disampaikan Henry, kalau berhitung secara ekonomi, biaya produksi yang harus dikeluarkan dengan menggunakan pakan pabrikan kurang menarik dari segi profit. “Biaya produksi habis hanya untuk pakan dan ujung–ujungnya profit menjadi tipis. Bagaimana mau genjot produksi kalau biaya produksi sendiri tinggi,” ungkapnya kepada Trobos Aqua.
Menekan Biaya
Ia menjelaskan, pembudidaya lain tertarik menggunakan pakan buatannya karena telah berhitung pada biaya pakan yang akan timbul apalagi harga pakan pabrikan terus naik. “Dengan pakan buatan sendiri biaya produksi khusus untuk pakan bisa ditekan 15 – 20 %,” ungkap pria yang sekitar 70 % pakan yang diproduksi masih diserap untuk kebutuhan sendiri ini.
Dari kalkulasi yang dilakukan Henry, selisih antara harga pakan pabrikan dengan membuat pakan sendiri sekitar Rp 1.500 – 2.000 per kg. Imbasnya, keuntungan atau margin bisa lebih besar dan biaya produksi lebih kecil. Ia pun membandrol pakan yang dibuatnya Rp 4.500 per kg.
Dari perhitungannya, jika sampai akhir produksi, dengan membuat pakan sendiri bisa berhemat Rp 1.000 per 1 kg ikan. HPP (Harga Pokok Produksi) di KJA khusus untuk pakan di luar benih yang tadinya sekitar Rp 10.700 per kg, kini hanya sekitar Rp 9.000 per kg. Sedangkan di kolam air tawar HPP hanya untuk pakan lebih rendah lagi yaitu sekitar Rp 6.000 per kg.
Henry mengklaim, FCR (Feed Convertion Ratio/rasio konversi pakan) dari pakan buatannya sudah menyamai dengan pakan pabrikan. Untuk komoditas patin, nila, dan bawal yang dibudidayakannya, FCR berada dikisaran 1,2 – 1,3.
Untuk benih patin yang dipelihara ukuran 100 g per ekor dipanen pada ukuran rata–rata 1 kg per ekor dengan lama pemeliharaan 5 – 6 bulan. Untuk benih nila yang dipelihara ukuran 40 – 50 g per ekor dipanen pada ukuran 500 g per ekor dengan lama pemeliharaan sekitar 4 bulan.
Untuk benih patin yang dipelihara ukuran 100 g per ekor dipanen pada ukuran rata–rata 1 kg per ekor dengan lama pemeliharaan 5 – 6 bulan. Untuk benih nila yang dipelihara ukuran 40 – 50 g per ekor dipanen pada ukuran 500 g per ekor dengan lama pemeliharaan sekitar 4 bulan.
Sedangkan untuk bawal yang ukuran benih 25 g dipanen pada ukuran 500 g per ekor dengan lama pemeliharaan 5 bulan. “Semakin kecil ukuran benih yang dipelihara semakin lama waktu budidaya,” kata pria yang memasarkan hasil produksi ikannya untuk pemancingan ini.
sumber : bibitikan.net